Adi menatap Dodi yang yang sedang meneguk segelas susu. Adi bisa merasakan betapa nikmatnya susu itu melihat cara Dodi minum yang berselera. “Enak Dod ?” Adi bertanya. Dodi tidak menjawab. Cuma matanya merem melek keenakan. Setelah tegukan terakhir, ia menjilati bibirnya. “Hmm...syedaaaap...” kata Dodi. Adi menelan ludah. Ingin sekali rasanya ia merasakan susu yang dinikmati Dodi. Tapi kata Dodi susu itu mahal harganya. “Yuk ah..aku harus pulang, Mau mandi”. Dodi berlari meninggalkan Adi. Anak itu masuk ke rumahnya. Adi menatap Dodi hilang di rumah besar bercat putih itu. Lalu ia berbalik. Ia harus pulang juga. Mak pasti sudah menunggu di rumah.
Adi memperhatikan Mak yang sedang menguleni adonan untuk Pisang goreng. Kelihatan capek. Tadi pagi Mak mencuci banyak sekali. Dan siangnya harus menyeterika. Lalu habis sholat Ashar Mak langsung membuat adonan untuk Pisang goreng. “Kenapa Di ? kok tidak biasanya kamu memperhatikan Mak seperti itu ?” tiba-tiba Mak bertanya. Adi tersipu-sipu. “Mak kalau Adi minta sesuatu boleh enggak ?” akhirnya Adi menjawab. Mak menghentikan gerakan tangannya mencelupkan Pisang ke adonan tepung. Mak heran, tidak biasanya Adi meminta sesuatu. Walaupun berumur hampir enam tahun sepertinya Adi mengerti betapa susahnya kehidupan mereka. Betapa Mak harus membanting tulang untuk makan mereka berdua karena Bapak telah meninggal sejak ia berusia satu tahun. “Adi mau minta apa ?” Mak bertanya setelah diam sejenak.
“Adi ingin minum susu seperti Dodi”. Mak menghela nafas panjang. Matanya mulai berkaca-kaca. Anak satu-satunya minta dibelikan segelas susu seperti temannya. Sebuah permintaan yang wajar. Dan memang sudah seharusnya anak sebesar Adi selalu minum susu tiap hari. Tapi apa dayanya ? “Mak bisakan Adi mendapat segelas susu? Nanti Adi akan lebih giat membantu Mak. Bisa ya, Mak ?” Adi berkata penuh harap. Mak tidak tega untuk mengecewakannya. Anaknya tidak pernah minta yang macam-macam selama ini. Ia selalu menerima apa adanya. Barangkali sekarang begitu besar keinginannya sampai meminta kepada Mak. Akhirnya Mak Cuma bisa mengangguk dalam diam. Mata wanita itu kini semakin berkabut melihat sinar kebahagiaan di mata anaknya. “Terima kasih, Mak. Sekarang Adi mau bersiap-siap menjajakan gorengan ini, Ntar Adi terus ngaji ke Masjid, ya Mak”.
“Lihat Dod. Sekarang aku juga bisa minum susu seperti kamu” dengan bangga Adi memperlihatkan segelas susu yang diberikan Mak barusan kepada Dodi. Lalu dengan gaya persis Dodi ia meneguk susu itu dengan nikmat. Dodi menatap dengan iri. Sepertinya susu yang diminum Adi lebih nikmat daripada susu yang biasa ia minum. “Enak Di ?” Dodi bertanya meyakinkan. Adi mengangguk. Ia mengelap sisa-sisa susu di bibirnya sebelum menjawab. “Hmmm.....syedaaaaaap...”
Di rumah Mak menggoreng Pisang dengan air mata berlinang. Ia tahu benar bahwa susu yang diberikannya pada anaknya bukanlah “susu”. Itu ia buat dari air tajin bekas menanak nasi. Ia Cuma bisa berharap anaknya bisa tetap berbahagia walau dengan “susu tajin”.
(Dipersembahkan buat “Adi-Adi” kecil di manapun berada)
Sumber : Majalah Annida Oleh Afifa Ramadanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar