Rabu, 03 November 2010

Cermin Besar Itu Bernama Masa Lalu


Hari itu Umar Bin Khatab menangis. Terbayang lekat di pelupuk matanya, kisah masa lalunya sebelum Islam. Sebuah rentetan episode Jahiliyah yang pahit dan sulit terlupakan. Air matanya mengalir deras saat teringat anak perempuannya yang ia kubur hidup-hidup. Suara anak itu serasa masih memanggilnya, sayup-sayup, meminta belas kasihnya.

Peristiwa itu benar-benar menggoreskan pilu yang sulit dihapus. Sesaat sebelum terbenam di bawah tanah, anak itu masih bermain riang mengiringi Ayahnya yang menggali tanah dengan susah payah. Bahkan setiap kali debu dan pasir galian mengotori janggut sang Ayah, anaknya lah yang penuh kasih membersihkan debu-debu itu. Ia tak sedikitpun mengerti, bahwa galian itu dibuat untuk dirinya. Segalanya berlalu begitu cepat, dan Umar pun mencatat peristiwa itu sebagai bagian dari sejarah hidupnya di masa jahiliyah.

Waktu terus bergulir. Enam tahun sesudah Rasulullah diangkat menjadi Rasul, benih keimanan tersemai di dalam hati Umar Bin Khattab. Sejak itu ia menjadi salah satu pembela Islam yang paling tegas. Bahkan ia yang mengusulkan dimulainya era perjuangan secara terang-terangan. Bersama Hamzah dan Umar, kaum Muslimin keluar “unjuk kekuatan” di hadapan orang-orang Quraisy. Umar pun telah mengukir sejarah barunya. Bahkan di masa selanjutnya, ia menjadi sahabat agung, menjadi khalifah kedua, dan termasuk sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga.

Seperti Umar, sahabat-sahabat Rasulullah yang lain, semua orang punya masa lalu, yang buruk maupun yang baik. Karena setiap langkah manusia adalah perilaku. Setiap kata yang terucap adalah perilaku. Segala tindakan yang dipilih adalah perilaku. Dan segala yang kita lakukan akan tercatat dalam lembaran masa lalu kita. Setiap kita, setiap Muslim tentu punya masa lalunya sendiri. Yang menyedihkan atau pun yang menggembirakan. Masa lalu yang mungkin saja orang lain tidak pernah tahu. Bahkan orang yang sangat dekat sekalipun. Masa lalu hanya dirinya sendiri dan Allah yang tahu. Seluruh yang pernah terjadi hanya bisa dilupakan, tetapi tidak akan pernah dihapus atau dianggap tidak ada. Sebab ia telah terukir dalam sejarah peristiwa. Sesuatu yang pernah ada tidak mungkin dianggap tidak ada.

Tetapi bukan berarti masa lalu tidak punya manfaat. Justru keberadaannya menjadi sangat penting. Ia menjadi cermin bagi setiap orang, untuk menata langkah hidupnya yang tersisa. Dalam Islam, penghargaan terhadap fungsi masa lalu terletak pada dua hal mendasar.

Pertama, pada manfaatnya untuk tempat mengambil pelajaran. Artinya, manfaat masa lalu adalah untuk dijadikan tempat bercermin. Apa yang buruk dari masa lalu tidak boleh diulangi, sedang apa yang baik harus ditingkatkan. Pengalaman masa lalu adalah contoh kongkrit dan bukti nyata dari bermacam ikhtiar. Masa lalu telah mengajarkan secara detil bagaimana orang gagal itu gagal, bagaimana orang sukses itu sukses, bagaimana orang sengsara itu sengsara.

Kedua, selain fungsi pelajaran, masa lalu menurut pandangan Islam adalah kumpulan anak tangga sejarah yang harus di sambung dengan anak tangga yang baru. Hidup ini akan bergulir, dunia akan menjadi hidup, bila setiap generasi mengambil peran di zamannya masing-masing. Sebab dengan itu ia telah menyambung masa lalu dengan sejarahnya hari ini. Sebab sejarah yang kita ukir hari ini akan menjadi masa lalu yang berharga bagi generasi sesudah kita. Begitu seterusnya.

Bercermin kepada masa lalu, bekerja keras pada hari ini, dan menata hari esok, hanyalah salah satu cara untuk menyiasati hidup ini sebaik mungkin. Sebab, seperti telah dikabarkan Rasulullah, setiap kita hanya akan menjadi salah satu dari empat jenis orang. “Di antara manusia ada yang dilahirkan dalam keadaan beriman, lalu hidup sebagai seorang mukmin, dan mati sebagai orang mukmin. Ada yang dilahirkan dalam kekafiran, lalu hidup sebagai orang yang kafir, lalu mati sebagai orang kafir. Ada yang lahir dalam keadaan beriman, hidup sebagai mukmin, dan mati sebagai orang yang kafir. Ada yang lahir dalam kekafiran, hidup sebagai orang kafir, dan mati dalam keadaan beriman” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).

Al-Baqillani mengutip sabda Rasulullah S.A.W, “sesungguhnya seorang mukmin itu berada di antara dua hal yang sangat menakutkan. Antara usia yang telah berlalu, ia tidak tahu apa yang diperbuat Allah terhadap usia yang telah lewat itu, dan antara usia yang tersisa, ia tidak tahu apa yang telah Allah tetapkan atas dirinya. Maka hendaklah setiap jiwa mengambil untuk dirinya, dari dirinya sendiri. Dari dunianya untuk akhiratnya, dan dari masa mudanya untuk hari tuanya, dan dari hidupnya untuk sesudah kematiannya. Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada sesudah kematian waktu untuk berusaha. Sesudah dunia tidak ada kehidupan kecuali surga atau neraka”.

Sumber : Majalah Tarbawi Edisi 24 Th. 3 (2001)

1 komentar:

  1. Casino - Mapyro
    View the 밀양 출장안마 3 restaurants, 6 bars, 10 restaurants and 3 대구광역 출장안마 miles from The Woodlands 당진 출장샵 Casino on Mapyro. 보령 출장마사지 Hotels with a 보령 출장샵 stay at Wynn Las Vegas and Encore at Wynn Macau.

    BalasHapus