Rabu, 28 Maret 2012

Atas Nama Kebencian



Siapa pun tahu jika kepulauan Nusantara ini merupakan satu rumpun atau satu keluarga besar yang disebut bangsa Malayu/Melayu/Malay. Mereka adalah pewaris kepulauan-kepulauan di wilayah Asia Tenggara dan Oceania. Seharusnya ikatan negara-negara yang ada di wilayah ini tak diragukan lagi kedekatannya. Kolonialisme bangsa barat telah menjauhkan mereka dengan banyak dikotomi, dari mulai Bahasa, Adat-istiadat hingga Agama. Dari Kolonialisme terbentuklah negara-negara Nasionalis yang bernama Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Filipina. Masing-masing memiliki ciri khas kekuatan Nasionalismenya. Persamaan nasib pernah dijajah bangsa barat membuat mereka tumbuh menjadi sedikit Ultranasionalis. Perlawanan, revolusi, pemberontakan, separatisme sudah merupakan bagian dari kehidupan rumpun bangsa-bangsa di wilayah ini. Tak jarang dari hal-hal seperti ini menimbulkan konflik dari yang skalanya kecil hingga skala besar. Perang dingin dihadapi masing-masing negara. Sebagai contoh : perang dingin antara sebagian rakyat Indonesia yang Nasionalis dan rakyat Malaysia yang Nasionalis. Perang dingin ini muncul akibat isu-isu yang timbul bagi kepentingan politik sebagian politikus kedua negara. Misal : isu pencurian Budaya, isu perbatasan, hingga isu penyiksaan pembantu rumah tangga. Di tambah isu-isu ini semakin memanas karena media kedua pihak juga ikut memprovokasi agar perang kedua pihak benar-benar terjadi. 


Kaitannya dengan diri saya adalah saya adalah orang yang sempat dipengaruhi oleh dogma-dogma kaum Nasionalis, hingga akhirnya saya tersadar bahwa Nasionalisme (Ashobiyah) dalam Agama Islam yang saya anut merupakan hal yang tak dibenarkan, seperti bunyi hadist dari Abu Dawud,  "Bukan termasuk golongan kami, Siapa saja yang mengajak kepada Ashobiyah (fanatik golongan, suku, bangsa, kelompok,dan sebagainya, pokoknya selain Islam). Dan bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang berperang atas dasar Ashobiyah. Dan tidak termasuk golongan kami pula, siapa saja yang mati atas dasar Ashobiyah"Saya mulai mencari-cari apa yang diperbolehkan, dan akhirnya saya menemukan bahwa persaudaraan berdasarkan ke-Islaman yang dibenarkan karena ia melewati batas Negara, Bangsa dan Ras. Saya mulai mencari dan menggali hal-hal yang bisa merubah pandangan saya dari Nasionalis buta menjadi pribadi yang lebih tolerir dan bisa menerima perbedaan dengan mempelajari lagi akar budaya (roots), dan sejarah nenek moyang saya. Hingga mendekatkan saya dengan saudara-saudara saya di Malaysia dan bahkan Filipina. Terus terang saya sempat memiliki pengalaman jelek dengan kedua bangsa serumpun ini. Membuat saya bersumpah membenci mereka hingga ke keturunan saya (itu pun kalau di kasih keturunan, hehehe.. ) 


Kebencian Dengan Malaysia


Mengenai Malaysia, kebencian saya berawal dari berita-berita provokasi baik dari media Indonesia maupun media Malaysia sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, didasarkan nasionalisme yang membara saya membenci negara tetangga yang suka merendahkan Indonesia dengan menyiksa tenaga kerja Indonesia di sana. Karena saya beranggapan bahwa penyiksaan pembantu merupakan bentuk penghinaan karena mereka dikirim oleh negara yang berarti menyiksa mereka adalah suatu bentuk penghinaan terhadap suatu negara. Malaysia dengan mudahnya mengklaim wilayah-wilayah Indonesia secara sepihak berdasarkan peta masa lampau yang mereka miliki dalam hal ini masalah ambalat. Sebelumnya kegeraman timbul karena Malaysia akhirnya merebut pulau Sipadan dan Ligitan  dari Indonesia melalui sidang di mahkamah Internasional. Indonesia dikalahkan karena dianggap kurang bisa mengurus dua pulau di wilayah Borneo (dekat Sabah) itu. Padahal wilayah perbatasan Sabah dengan Indonesia dan Filipina (yang juga menggugat Sabah sebagai bagian dari wilayah negeri itu) belum mengeluarkan kata sepakat antara ketiga pihak. Tapi entah bagaimana campur tangan Malaysia di Mahkamah Internasional itu, hingga mereka bisa memenangkan kepemilikan kedua pulau itu. Setelah mereka mendapatkan pulau Sipadan dan Ligitan, maka Malaysia mulai mengubah batas wilayah mereka sendiri dengan mengklaim perairan Ambalat sebagai wilayah mereka tanpa melakukan satu pun kesepakatan dengan pihak Indonesia. Suatu bentuk pelecehan negara boneka Inggris dan penjajah Eropa itu terhadap negara berdaulat yang juga tetangga dan bahkan serumpun itu. Mengenai perebutan klaim Budaya entah mengapa saya tak terlalu merasa terganggu mengingat saya sejak awal sudah mengetahui bahwa berkembangnya sebagian budaya Indonesia di negeri jiran itu karena banyaknya warga keturunan Indonesia yang sudah menjadi warga negara Malaysia dan mereka juga berhak mengembangkan budaya leluhur mereka di Malaysia. Dan yang terakhir adalah provokasi media Malaysia yang dengan mudah saya pantau saat itu melalui televisi satelit (parabola) yang memberitakan keadaan Indonesia yang baru saja selesai menghadapi masa-masa sulit di tahun 1998-2000 sebagai keadaan yang kacau, dan bahkan keadaan yang kacau, miskin dan tak aman itu terus-terus dijadikan bahan pemberitaan sampai sekarang. Hal ini mempengaruhi cara pandang rakyat Malaysia terhadap jirannya tak berubah. Dimana mereka berpandangan jirannya ini negara miskin yang sangat mundur bahkan sampai detik ini ! tak aneh cacian yang keluar dari mulut bigot Nasionalis Malaysia sampai sekarang adalah miskin, mundur, negara gaji (negara penghasil pembantu) dan ucapan-ucapan bernada sombong. Mereka tidak ingat kalau wisatawan Indonesia yang berlibur di negara itu merupakan nomor 2 terbanyak setelah wisatawan Singapura atau sebanyak 2 juta orang tiap tahunnya. Mereka berwisata bukan mau cari kerja ! belum lagi jumlah mahasiswa Indonesia di negara itu makin meningkat dari tahun ke tahun. Itulah kira-kira pandangan kebencian saya pada waktu itu.


Kebencian Dan Pengalaman Buruk Dengan Orang Filipina


Awalnya saya tak pernah punya masalah dengan orang-orang Filipina yang sering disebut Pinoy ini. Semua berawal ketika saya ikut bergabung di situs video yang bernama Youtube. Saya yang saat itu tengah belajar tentang arti persahabatan serumpun, tak sengaja membuka video tentang ASEAN (kira-kira di pertengahan tahun 2008). Kalimat mesra, greetings, dan ramah saya temui. Membuat saya bangga dengan kedekatan masyarakat di wilayah ini. Suatu hari pandangan saya terganggu oleh beberapa orang yang menghina Indonesia secara terang-terangan. Mereka bahkan mengundang para komentator di video ASEAN untuk melihat video-video mereka yang semuanya menghina Indonesia. Saya telusuri para pelakunya ternyata mereka semua adalah para Bigot Filipino ! video-video itu pada saat itu sangat mudah di search di Youtube. Sekarang sudah tak dapat dilihat lagi karena di "flag" atau dilaporkan langsung sebagai konten violation kepada pengelola Youtube. Tapi beberapa pelakunya masih memiliki akun aktif mengingat mereka membuat akun yang banyak dengan nama yang sama, sehingga apabila dilaporkan dan di banned oleh Youtube, mereka masih memiliki akun cadangan yang bisa membuat video-video serupa (di upload ulang). Beberapa diantaranya masih aktif tapi sudah mengurangi dan bahkan tobat atas aktivitas mereka selama ini, mereka siapa saja ? lihat di sini dan di sini. Semua berkat ketabahan orang-orang Indonesia dari serangan mereka dan menunjukkan dengan bukti bukan kata-kata menjatuhkan. Alasan mereka melakukan hal ini tadinya tak saya ketahui, tapi akhirnya saya tahu setelah ada seorang yang mengaku orang Indonesia di Friendster yang menghina Filipina. Kalimat si "Indonesia" ini di screenshoot dan dibuat video di Youtube. Kontan mengundang kemarahan para Bigot Filipino dan ikut-ikutan mencerca Indonesia. Pelaku yang mengaku orang Indonesia itu akhirnya diketahui adalah warga keturunan Tionghoa dari Khun Tien (Pontianak) yang tidak suka apabila wilayah Sabah diklaim oleh Filipina karena negara itu dianggap tak kompeten dan "miskin" jika dibandingkan  dengan Malaysia. Saya tak tau alasan lebih lanjut mengapa si "Cokin" tak suka Filipina memiliki Sabah. Seiring berjalannya waktu, ketegangan akhirnya berkurang. Tapi anehnya ketika saya pertama kali mengenal Facebook di tahun 2009, saya menemukan lagi Filipino yang membenci Indonesia. Sementara saya sendiri tak paham mengapa mereka benci negari saya hingga sampai keubun-ubun kepalanya. Membuat saya berfikir, apakah orang Indonesia pernah menyakiti keluarganya ? memperkosa adiknya ? mengapa ia demikian terganggu ?


Akhirnya saya paham, bahwa kebencian tak akan pernah hilang dari hati manusia, selama manusia itu tak mau memperbaiki hatinya sendiri. Karena inilah mengapa anak Adam selalu menumpahkan darah meski rela membunuh keluarganya sendiri. Saya merasa bersyukur karena saya punya Islam sebagai Agama pegangan. Sehingga amarah yang seperti racun berbisa bisa ditawarkan oleh kalam-kalam Illahi. Semoga damai akan menaungi nusantara di masa yang akan datang dibawah naungan Khilafah seperti janji Allah bahwa dunia akan kembali mengikuti manhaj Nabi..Aamiin Ya Rabbal Alaamiin


Catatan hati, 27 maret 2012



Rabu, 08 Februari 2012

Adakah Burung Kematian ?


Kepercayaan yang aneh (khurafat) seperti ini tak jarang menjamur di berbagai pelosok masyarakat, kepercayaan yang tidak jelas asal usulnya. Ada kisah menarik yang terjadi di masyarakat, tapi sangat berbahaya bagi aqidah seorang muslim. Kita semua mungkin tahu, bahkan pernah mendengar kepercayaan seperti dalam kisah di bawah ini.
Di suatu desa tingga lah seorang kakek tua, sebut saja Pak Tejo namanya. Dia sangat disegani masyarakat karena ilmunya yang luas, ilmu yang dipelajarinya dari buku primbon warisan nenek moyang. Sehingga ia sering dijadikan tempat bertanya oleh masyarakat setempat ketika mau mengadakan hajat apa saja seperti: pesta pernikahan, hari apa yang baik, harus pasang apa dan apa, ketika khitan, mendirikan rumah dan segala macam acara adat lainnya. Pada hari Sabtu saudaranya terkena musibah sakit keras, dia ingin pergi berkunjung menemui saudaranya yang sedang sakit keras tersebut, maka pergilah dia ke tempat saudaranya! Jalan kaki seorang diri, terlihat dari langkah kakinya dia sangat terburu-buru. Mendadak di tengah perjalanan dia menghentikan langkah kakinya karena ada seekor ular melintas di depannya! Spontan dia balik arah untuk pulang lagi, karena menurut kepercayaannya kalau ada seekor ular melintas di depannya menandakan ada bahaya yang sedang mengancam dirinya, entah kecelakaan atau apa saja yang jelas akan terjadi bahaya. Dengan kepercayaan yang dia yakini, maka spontan ia mengurungkan niatnya untuk menjenguk saudaranya yang sedang sakit keras saat itu. Bahkan tidak akan pergi ke manapun di hari itu walaupun untuk suatu hal yang sangat penting.
Lain halnya yang terjadi pada Pak Tukino (bukan nama sebenarnya), yang tinggal di desa Kalirejo, sebutlah begitu. Di malam Jum’at kebetulan dia sedang tugas ronda di pos kamling bersama teman ronda malamnya, Marna panggilannya. Di tengah malam kira-kira pukul 01.00 WIB dia mendengar suara burung hantu di atas rumahnya. Serentak merindinglah bulu kuduknya, karena baginya itu adalah pertanda akan ada kematian pada orang sekitar atau orang yang dicintainya, maka mulailah dia gelisah, sedih dan murung karena takut dirinya akan mati malam itu, atau salah satu dari keluarganya. Sudah menjadi kepercayaan baginya, juga kebanyakan masyarakat sekitar bahwa burung hantu adalah burung kematian, ia akan membawa kabar buruk bagi siapa saja yang ditemuinya. Maka orang-orang sangat membenci burung tersebut.
Sebenarnya banyak lagi kisah yang hampir mirip dengan kisah di atas. Ada hal yang sangat penting bahkan urgen sekali bagi seorang muslim un-tuk mengetahui dan bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut, karena hal di atas kita sadari atau tidak akan meracuni dan merusak aqidah kaum muslimin. Ada pertanyaan dari kisah di atas:
  1. Apakah benar ular tanda kesialan?
  2. Apakah benar suara burung han-tu tanda kematian?
Sikap Islam dalam masalah tersebut
Marilah sejenak berfikir dan merenung untuk mendapat jawaban yang tepat dari pertanyaan di atas.
Allah  berfirman: “Para rasul itu berkata: “Kemalangan kalian adalah karena kaliansendiri. Apakah jika kalian diberi peringatan (lalu kalian bernasib malang)? Sebenarnya kalian adalah kaum yang melampui batas”. (QS. Yasin: 19).
Firman Allah : “Ketahuilah, Sesungguhnya kesial-an mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mere-ka tidak mengetahui”. (QS. Al-A’raf: 131)
Abu Hurairah  menuturkan bahwa Rasulullah  bersabda:
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ (رواه البخرى و مسلم)، وَزَادَ مُسْلِمْ (وَلاَ نَوْءَ وَلاَ غُوْلَ)
Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, dan Shafar”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan dalam riwayat Muslim ditambahkan: …”dan tidak ada nau’ serta ghul”.
‘Adwaa : adalah penjangkitan atau penularan penyakit. Maksud sabda Nabi di sini adalah untuk menolak anggapan mereka ketika masih di zaman jahiliyah, bahwa penyakit berjangkit, atau menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir Allah . Anggapan inilah yang ditolak oleh Rasulullah , bukan keberadaan penjangkitan atau penularannya; sebab dalam riwayat lain, setelah hadits ini, disebutkan:
وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُوْمِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ
“Dan menjauhlah dari orang yang terkena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa”. (HR. Bukhari).
Ini menunjukkan bahwa, penjangkitan atau penularan penyakit dengan sendirinya tidak ada, tetapi semuanya atas kehendak dan takdir Allah , namun sebagai orang muslim, di samping beriman kepada takdir tersebut haruslah berusaha melakukan tindakan preventif sebebum terjadi penularan sebagaimana dia menjauh dari terkaman singa. Inilah hakekat iman kepada takdir Allah .
Thiyarah artinya percaya akan ditimpa kesialan karena melihat burung gagak, ular, atau apa saja yang dianggap bisa membawa kesialan pada diri mereka.
Haamah artinya burung hantu. Orang-orang jahiliyah merasa bernasib sial dengan melihat burung hantu, apabila ada burung hantu yang hinggap di atas rumah salah seorang di antara mereka, dia merasa bahwa burung hantu ini membawa berita kematian tentang dirinya sendiri, atau salah satu anggota keluarganya. Dan maksud sabda beliau adalah untuk menolak anggapan yang tidak benar ini. Bagi seorang muslim, anggapan seperti ini harus tidak ada, semua ada-lah dari Allah   dan sudah ditentukan oleh-Nya.
Shafar: yakni bulan kedua dalam tahun hijriyah, yaitu bulan sesudah Muharram. Orang-orang jahiliyah beranggapan, bahwa bulan ini, membawa kesialan. Hal ini ditolak oleh Rasulullah . Dan termasuk dalam anggapan seperti ini: merasa bahwa hari Rabu mendatangkan kesialan, hari sabtu membawa petaka. Hal ini termasuk thiyarah yang sangat dilarang oleh Islam.
Nau’ artinya bintang, arti asalnya adalah: tenggelam atau terbitnya suatu bintang. Orang-orang jahiliyah menisbatkan turunnya hujan kepada bintang ini, atau bintang itu. maka Islam datang untuk mengikis anggapan seperti ini, bahwa tidak ada hujan turun karena suatu bintang tertentu, tetapi semua itu adalah ketentuan dari Allah .
Ghul artinya hantu (genderuwo). Mereka beranggapan bahwa hantu ini dengan perubahan bentuk maupun warnanya dapat menyesatkan seseorang dan mencelakakannya. Sedang maksud sabda Nabi  di sini bukanlah tidak mengakui keberadaan makhluk tersebut, tetapi menolak anggapan mereka yang keliru yang akibatnya membuat mereka takut kepada selain Allah  serta tidak bertawakal kepada-Nya. Inilah yang ditolak oleh beliau . Untuk itu dalam hadits yang lain beliau bersabda:
“Apa bila hantu beraksi menakut-nakuti kamu, maka serukanlah adzan.” (HR. Ahmad).
Artinya, tolaklah kejahatan itu dengan berdzikir dan menyebut nama Allah .
Dari Anas bin Malik , ia berkata: telah bersabda Rasulullah :
لاَعَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِيْ الْفَأْلُ قَالُوْا: وَمَا الْفَأْلُ؟ قَالَ: الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ
Tidak ada ‘adwa dan thiyarah, tetapi yang ada fa’l, ia menyenangkan diriku,” para sahabat bertanya: apakah fa’l itu? Beliau menjawab: yaitu kalimah tayibah (kata-kata yang baik)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Abu Daud meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari ‘Uqbah bin ‘Amir , ia berkata: “Thiyarah disebut-sebut di hadapan Rasulullah  maka beliaupun bersabda: “Yang paling baik adalah Fa’l. Thiyarah tidak boleh mengurungkan seorang muslim dari niatnya. Apabila salah seorang di antara kamu melihat sesuatu yang tidak diinginkan maka hendaknya ia berdoa:
اَللَّهُمَّ لاَيَأْتِيْ بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ، وَلاَ يَدْفَعُ السَّيِّأَتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ
Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan Engkau; tiada yang dapat menolak keburukan selain Engkau; dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu”. (HR. Abu Daud).
Abu Daud meriwayatkan pula da-lam hadits marfu’ dari Ibnu Mas’ud  bahwa Rasulullah  bersabda:
اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكَّلِ
Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik, dan tiada seorang pun di antara kita kecuali terdapat dalam hatinya sesuatu dari hal ini), hanya saja Allah  menghilangkannya dengan tawakal kepada-Nya”. (HR. Abu Daud).
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Tirmidzi dengan dinyatakan sahih dan kalimat tersebut dijadikan sebagai ucapan dari Ibnu Mas’ud .
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu ‘Amr , bahwa Nabi  bersabda: “Barangsiapa yang me-ngurungkan hajatnya (kepentingan-nya) karena thiyarah, maka dia te-lah berbuat syirik.” Para shahabat bertanya: “Lalu apakah sebagai te-busannya? Beliau menjawab: “Hen-daknya dia mengu-capkan: “Ya Allah tiada kebaikan kecuali kebaikan dari-Mu, tiada kesialan kecuali kesialan dari-Mu, dan tiada sembahan yang haq selain Engkau”. (HR. Ahmad).
Imam Ahmad meriwayatkan pula dari al-Fadhl bin al-‘Abbas
“Sesungguhnya thiyarah itu ialah yang menjadikan kamu terus melangsungkan atau mengurungkan niat (dari keperluanmu)”. (HR. Ahmad).
Tiada kesialan dikarenakan ular yang melintas di depan orang, tiada kematian disebabkan oleh burung hantu, karena semua itu Allah  yang mengaturnya. Kesialan, petaka, dan kematian adalah kehendak Allah  bukan karena yang lainnya. Adanya burung di atas rumah atau kupu-kupu yang masuk ke rumah menandakan bakal kedatangan tamu, mata kanan berkedip-kedip menandakan ada orang membicarakan tentang kebaikannya, atau bisa sebaliknya, dan banyak lagi kepercayaan takhayyul yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Ini semua adalah khurafat atau kepercayaan yang tidak memiliki sandaran dari agama. Seorang muslim hendaknya tidak mempercayai sesuatu kecuali jika ada landasannya dari agama.
Jiwa seorang muslim harus merdeka, tidak boleh takut atau gentar dengan kepercayaan-kepercayaan seperti di atas. Tidak boleh terhalang dari melaksanakan niatnya hanya karena burung atau yang lainnya. Dia harus bertawakkal (bersandar) kepada Allah semata. Tidak ada yang dapat memberikan manfaat selain Allah, dan tidak ada yang dapat memberikan mudharat (bahaya) selain Allah. Dengan keyakinan semacam ini seorang muslim akan memiliki jiwa yang kuat, pemberani, merdeka, dan tidak takut atau bergantung kecuali kepada Allah semata. Inilah salah satu manfaat tauhid yang bersih dan lurus.
Sumber : Majalah UMMATie edisi 01/th.1 Rajab 1428/Agustus 2007

Selasa, 31 Januari 2012

Tanda - Tanda Kematian Dalam Islam



1. 100 hari : Seluruh badan rasa bergegar.
2. 60 hari : Pusat rasa bergerak-gerak.
3. 40 hari : Daun dengan nama orang yang akan mati di arash akan jatuh dan malaikat maut pun datang kepada orang dengan nama tersebut lalu mendampinginya sehingga saat kematiannya. Kadang-kadang orang yang akan mati itu akan merasa atau nampak kehadiran malaikat maut tersebut dan akan sering kelihatan.
4. 7 hari : Mengidam makanan.
5. 5 hari : Anak lidah bergerak-gerak.
6. 3 hari : Bahagian tengah di dahi bergerak-gerak.
7. 2 hari : Seluruh dahi rasa bergerak-gerak.
8. 1 hari : Terasa bahagian ubun bergerak-gerak di antara waktu subuh dan ashar.
9. Saat akhir : Terasa sejuk dari bagian pusat hingga ke tulang solbi (di bagian belakang badan) 


Bila Malaikat Mencabut Nyawa


Baginda Rasullullah S.A.W bersabda :
“Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu.”
Sambung Rasullullah S.A.W. lagi:
“Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibril A.S. akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di surga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalahkarena sangat rindunya pada surga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibril A.S.”
Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibril A.S. akan menebarkan sayap disebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang di sekelilinginya. Ini adalah karena terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalny
a



Sumber : https://www.facebook.com/pages/Sakaratul-Maut

Keadaan Ruh Setelah Mati



Seperti apakah sebenarnya kondisi ruh kita nanti? Jawabannya adalah Wallahu a’lam. Namun demikian, Allah SWT memberikan sedikit gambaran dan penjelasan melalui Hadis-hadis Rasulullah SAW.

Berkaitan dengan ruh ini Allah SWT berfirman:

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang hal itu kecuali sedikit.”

Jelas sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini.

Rasulullah SAW menerangankan berkaitan dengan ruh:

1. “Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim)


2. “Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid)

3. Orang yang telah meninggal dunia saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw bersabda:

“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).

4. Orang yang telah meninggal dunia merasa senang kepada orang yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya. Nabi SAW bersabda:

“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).

5. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui keadaan dan perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira atas amal shaleh mereka. Nabi SAW bersabda:

a. “Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).

b. “Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).

6. Orang-orang beriman hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan keturunan mereka yang shaleh.

“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang terkait dengan apa yang telah dia kerjakan.” (At-Thur: 21)

Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam tanah. Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus dengan jasadnya. Di mana jika ada yang mengucapkan salam untuknya, dia akan menjawabnya.

Ruh berada di suatu alam yang bernama alam Barzakh di suatu tempat yang bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui lika-liku dan detail-detailnya.

"Dan di hadapan mereka (ahli kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan ".( Al-Mu'minun: 100)

Dari dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan, bahwa tempat para arwah berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai amal shaleh mereka.

SEBUAH KISAH

al-Fadhel bin Muaffaq disaat ayahnya meninggal dunia, sangat sedih sekali dan menyesalkan kematiannya. Setelah dikubur, ia selalu menziarahinya hampir setiap hari. Kemudian setelah itu mulai berkurang dan malas karena kesibukannya.

Pada suatu hari dia teringat kepada ayahnya dan segera menziarahinya. Disaat ia duduk disisi kuburan ayahnya, ia tertidur dan melihat seolah olah ayahnya bangun kembali dari kuburan dengan kafannya. Ia menangis disaat melihatnya.

Ayahnya berkata : “wahai anakku kenapa kamu lalai tidak menziarahiku?

Al-Fadhel berkata : “ Apakah kamu mengetahui kedatanganku? ”

Ayahnya pun menjawab : “ Kamu pernah datang setelah aku dikubur dan aku mendapatkan ketenangan dan sangat gembira dengan kedatanganmu begitu pula teman-temanku yang di sekitarku sangat gembira dengan kedatanganmu dan mendapatkan rahmah dengan doa-doamu”.
Mulai saat itu ia tidak pernah lepas lagi untuk menziarahi ayahnya .

Rasulullah saw bersabda : "Aku dulu melarang kamu berziarah kubur. Sekarang, aku anjurkan melakukannya, agar KALIAN INGAT MATI". (HR. Abu Daud)

Lalu apa yg terjadi sekarang, justru orang berziarah karena bukan untuk INGAT MATI tapi TAKUT HIDUP, yaitu dengan cara meminta-minta kepada ahli kubur agar dimudahkan rejeki , jodoh, diselesaikan masalah, dll. apa yang dilakukan ini termasuk musyrik/syirik.

Ingat, berziarah bukan satu-satunya cara bagi kita untuk MENGINGAT MATI, karena banyak cara yang Rasulullah ajarkan kepada kita. Misalnya, kita melakukan sholat, shaum, berbuat baik kepada sesama, berbakti kepada orangtua, komitmen dan amanah dalam pekerjaan dst, sesungguhnya hal-hal tsb merupakan kesadaran diri, bahwa kita INGAT MATI dan itulah yang harus kita lakukan saat masih hidup.

ADAB BERZIARAH


1. Mengucapkan Salam.
“Assalamu’alaikum ahladdiyar minal mukminin wal muslimin wa innaa insyaa Allahu bikum lahikuuna nasalullaha walakumul ‘afiyat” (HR. Ahmad dan Muslim)

2. Berjalan pelan, berpakaian sopan dan tidak gaduh atau berisik apalagi tertawa-tawa.

3. Berdoa untuk keselamatan ahli kubur, bisa juga membaca doa dari bacaan shalat jenazah.

4. Dilarang melangkahi kubur, menginjak kubur, berdiri diatas kubur atau duduk diatas kubur.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya menginjak bara api atau pedang itu lebih aku sukai daripada menginjak kubur seorang muslim.” (HR. Muslim dan HR. Ibnu Majah)

5. Dilarang berdialog / ngobrol dengan ahli kubur.

Berziarah merupakan suatu hikmah dari Allah dan sunah Rasulullah yang baik, terpuji dan patut dingat maknanya se dalam-dalamnya agar bisa mengingatkan diri kita bahwa hidup ini akan berakhir dengan kematian dan kematian itu bukanlah akhir dari perjalanan hidup seseorang melainkan awal dari segalanya. 



Sumber: Moslem Power