Kita tahu pasti salah satu panorama laut yang amat menakjubkan berupa terumbu karang yang sering pula disebut batu karang. Batu karang ini biasanya hidup dalam koloni ribuan karang yang saling bergandengan tangan. Sehingga terlihat seperti seonggokan batu atau gunung di lautan. Tapi tahukah kita bahwa karang itu sebenarnya bukanlah bebatuan. Melainkan mahluk Allah berupa sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan Polip, yang saling merekat erat sehingga membentuk karang baru (hard corals). Di saat menyatu itu, tubuhnya menjadi keras membuat kerangka dari Kalsium karbonat atau zat kapur, sehingga deburan ombak dan arus laut sekalipun akan susah untuk menerjangnya.
Maka begitulah kekuatan Islam yang punya tata krama nan kesantunan dari sumber sang pencipta alam. Dengan kelemahlembutan adabnya, ia bisa menyatu, bersama bahu membahu menghadang setiap arus dan ombak ujian serta hadangan yang selalu mengintainya hingga hari akhirnya sang alam. Ketidakberdayaan sang budak, kelemahan dari sang papa, serta hebatnya para dermawan dan keperkasaan sang mujahid menyatu, merobohkan imperium Persia dan merebut kembali Al Quds tanah suci yang dipimpin langsung oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Itulah bukti kekuatan dan keperkasaan karang kekuatan Islam jika kita mampu untuk memanfaatkan.
Ditengah gelombang dan terpaan kikisan laut itu, karang tetap bercokol didasar lautan. Bahkan karang mampu membuat hantaman ombak sebagai kekuatan arus yang sangat bermanfaat bagi kehidupan biota laut nan menyuburkan.Dan secara aktif menyediakan protein untuk rakyat kota lautan. Di sanalah hidup ikan-ikan yang menawan. Dan tumbuhan laut hidup tanpa ada gangguan.
Begitulah jika kaum Muslimin hidup, mampu membuat lingkungannya merasa hidup aman, nyaman di bawah naungannya meski riak gelombang dahsyat dan ujian selalu menghantam. Asal karang tetap bersatu justru hantaman gelombang ujian itu semakin mengasah dan mengukir seni pahat kebajikan nan tak ternilai. Demikian semestinya kita mengubah segala hantaman fitnah dan caci maki karena melaksanakan syariatnya menjadi ukiran sejarah yang tak ternilai bagi masyarakat sekitar.
Lalu lihatlah, karang pun hanya memakan haknya yaitu Plankton sang tumbuhan kecil yang melayang-layang dengan tentakel beracunnya. Tak lebih dari itu. Begitulah kaum Muslimin, hendaknya hanya makan sesuai haknya, yang jelas halal-haramnya. Baik cara memperoleh maupun jenisnya. Meski sebagai tempat perlindungan dari berbagai hewan yang sebenarnya dibawah kekuasaannya, Namun tak terbetik dalam pikiran sang karang untuk memperkaya diri dengan barang yang diamanahkan kepadanya. Justru ia melindungi rakyatnya seolah keluarga dan saudaranya sendiri. Bahkan, karanglah yang melindungi abrasi pantai, tempat manusia dan hewan berada.
Untuk menjadi terumbu karang diperlukan waktu 5000-10.000 tahun. Dalam satu tahun karang itu hanya mampu bertambah 1 cm. Itulah keistiqomahan. Begitu pula seharusnya keistiqomahan kaum Muslimin. Semestinya tak ada satu kaum Muslimin pun menelikung ataupun membiarkan saudaranya hilang di terjang badai yang selalu menghantam.
“Kebangunan semua bangsa di dunia selalu bermula dari kelemahan, sesuatu yang sering membuat orang yang melihatnya beranggapan bahwa terciptanya apa yang mereka cita-citakan adalah bentuk kemustahilan. Tetapi dibalik kemustahilan itu, sejarah sesungguhnya telah mengajarkan kepada kita kesabaran, kearifan, keteguhan dan ketenangan dalam melangkah, telah menghantarkan bangsa-bangsa yang tumbuh dari kelemahan dan hanya memiliki sedikit sarana itu mencapai kejayaan seperti yang dicanangkan oleh pelopornya”(Hasan Al-Banna)
Sumber : Majalah Tarbawi Edisi 64 Th. 5 (Rubrik Hikmah oleh Emkaier)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar