Sabtu, 22 Oktober 2011

Nasib Kurikulum Kesenian Daerah Kita



Siang itu seperti biasanya,saya iseng buka youtube untuk menonton beberapa klip video lagu-lagu Indonesia yang sempat akrab di era 90-an. Hingga sampailah saya pada lagu-lagu daerah yang dinyanyikan oleh grup vokal yang terkenal di negara kita..

Ini membuat kenangan saya kembali ke masa dimana saya masih duduk di bangku SD. Yang saya ingat ada kurikulum kesenian di sekolah dimana mewajibkan siswa menghapal lagu-lagu daerah yang ada di Indonesia. Siapa yang tak hapal lagu Kampuang Nan Jauh Di Mato, Lancang Kuning, Waktu Hujan Sore-Sore, Apuse, dan masih banyak lagi. Rasa nasionalisme diwujudkan ke dalam seni ternyata di rasa lebih mengena. Mempelajari Indonesia di sisi yang menarik.

Tapi kita lihat lah apa yang terjadi sekarang ? anak-anak zaman sekarang tak lagi menyanyikan lagu-lagu daerah. Mereka lebih hapal dengan lagu-lagu budaya pop yang komersil semacam lagu-lagu ST12, Wali band, dan banyak lagi. Jika anak-anak itu di suruh maju ke depan kelas, maka jangan kaget kalau mereka sudah mahir mendendangkan lagu-lagu cinta yang sebenarnya hanya pantas dinyanyikan oleh orang dewasa. Lalu dimana letak kesalahan kurikulum kesenian kita ? apakah memang lagu daerah kurang menarik karena terlalu tradisional ? padahal kita tahu salah satu cara untuk menambah rasa cinta tanah air adalah dengan mengenal budaya leluhur.

Lirik lagu-lagu daerah biasanya mengenai keindahan alam dan kecintaan pada kebudayaan. Sayang sekali hal itu tak lagi kita temui di zaman sekarang. Kesenian Indonesia di usia dini telah mengalami kemunduran. Ini harus dijadikan pe-er atau pekerjaan rumah pemerintah kita terutama dinas pendidikan untuk menghidupi kembali kesenian daerah. Paling tidak mungkin cukup membantu krisis nasionalisme yang dihadapi bangsa Indonesia yang carut-marut akibat tindakan korupsi dan memperkaya diri yang dipertontonkan oleh manusia-manusia yang rakus di negeri ini.

Beberapa lagu daerah di Indonesia :





Catatan Oleh : Afaf faradilla,S.Pd